Tuesday, December 22, 2009

Interlude 5 (Tempatku bukan disini)

Memberikan sebuah wacana...

Setelah sekian lama terjerembab ke dalam sebuah kondisi yang begitu nyaman namun sangat tidak memuaskan, berangsur-angsur aku mulai dihadapkan pada realita kehidupan yang semakin menghimpitku. Menyisakan sedikit ruang bagiku untuk bernafas. Jadi teringat sebuah kalimat "hidup segan mati tak mau". Kalau aku tidak segera beranjak, maka bisa jadi aku akan seperti ini selamanya. Aku akan menjadi seperti kebanyakan orang. Kadang aku bertanya dalam hati, kemana perginya mimpi-mimpiku. Kemana perginya semangatku yang berkobar. Dimanakah bisa kutemukan ide-ide brilian yang dulu selalu mengalir setiap saat. Yang dulunya seakan tumpah ruah tanpa henti. Mengalir dengan derasnya seakan-akan tiada yang bisa menghentikan.

Pagi itu,

Aku bersiap berangkat memulai aktivitas rutinku. Berusaha menghibur diri bahwa semua rutinitas ini hanyalah sementara. Hatiku bergejolak pada saat itu. Ketidakpuasanku berkecamuk di dalam hati. Terjadilah pertempuran hati yang sengit antara idealisme dan realita. Di satu sisi aku harus mencapai semua mimpi-mimpiku dengan keyakinan penuh tanpa menghiraukan siapapun yang akan menghalangi, di sisi lain aku menghadapi kenyataan bahwa aku masih jalan di tempat. Dan saat ini ternyata aku berada di tempat yang sama, kondisi yang sama tanpa adanya perubahan sama sekali. Sungguh sangat memalukan bagiku. Malu terutama pada diriku sendiri. Aku telah mengecewakan pribadiku. Seorang yang bisa bersemangat tanpa lelah jika membicarakan mengenai mimpi. Berkobar dan berapi-api jika harus memberikan sebuah pengharapn kepada orang lain untuk mencapai hal yang sama yaitu mimpi dalam hidup.

Bukan tidak bersyukur...

Bagiku bersyukur adalah berterima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas segala nikmat yang telah diberikan kepadaku. Namun setelah itu aku harus terus berikhtiar dan berdo'a untuk sesuatu yang lebih baik lagi. Karena saya tetap memegang teguh prinsip hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, bukannya berhenti berusaha dan hanya menerima apa yang ada. Terus jika hanya menerima apa yang ada,  apa nilai lebihnya??... apakah kita sudah bisa membantu orang lain??... apakah kita sudah bermanfaat bagi orang lain??... jika belum, sungguh sangat mengenaskan bagiku.... aku sangatlah ingin membuat orang-orang bahagia. Pertama-tama membuat orang-orang di sekelilingku bahagia. Sungguh sangat berbahagia jika aku bisa mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Mewujudkan mimpi kedua orang tuaku.

Sungguh sangat menyakitkan bagiku, sangat menusuk hatiku, bahwa ternyata sampai saat inipun aku belum berbuat apa-apa bagi mereka. Waktu yang kumiliki hanya sedikit. Semuanya pasti dibatasi oleh waktu. Kapan aku bisa mewujudkan sebagian dari mimpi-mimpi mereka. Karena perwujudan dari mimpi-mimpi mereka adalah termasuk kedalam bagian dari mimpi-mimpiku.

Tempatku bukan disini.....

Hal itu yang hampir setiap hari tergiang di telingaku. Mengisi pagi-pagiku. Menemaniku melintasi jalan-jalan yang sama setiap harinya. Kalau tempatku bukan disini, lantas dimana tempatku yang sebenarnya??... apakah ini hanya masalah tempat ataukah ini masalah tindakan??... Apakah aku harus beranjak ataukah aku hanya cukup segera bertindak saja??.... Makin hari otakku serasa semakin tumpul saja. Hidupku makin lama makin kecil saja. Bahkan mungkin sekarang hanya selebar daun talas. Aku hanya terbenam dalam buaian mimpi-mimpiku di masa lalu. Aku hanya terbuai dengan hembusan angin-surga yang sungguh sangat menyejukkan. Aku tertidur ke dalam mimpi-mimpi itu. Dan kini semua itu hanya tinggal mimpi. Jika aku masih seperti ini, jika aku masih belum bertindak, jika aku masih belum beranjak maka aku akan seperti ini selamanya.